Budidaya Tanaman Serealia
Komoditas Jagung (Zea mays)
•
Pengertian tanaman
pangan: segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan
protein
•
Tanaman palawija:
semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering.
•
Penggolongan
tanaman pangan dan palawija: serealia (padi, jagung dan gandum), legum (kacang
tanah, kedelai, kacang hijau), umbi (ubi kayu dan ubi jalar)
•
Tanaman semusim: tanaman
yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam, misalnya jagung, padi
• Tanaman tahunan:
tumbuhan yang dapat meneruskan kehidupannya setelah bereproduksi atau
menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun, misalnya
sukun, sagu
•
Tamanan pangan dan palawija pada
umumnya merupakan tanaman semusim, namun ada beberapa tanaman pangan yang
merupakan tanaman tahunan misalnya tanaman sukun, sagu
Serealia
•
Serealia (Bahasa Inggris: cereal), dikenal juga sebagai sereal
atau biji-bijian merupakan sekelompok tanaman yang ditanam
untuk dipanen biji/bulirnya sebagai sumber karbohidrat/pati. Di Malaysia disebut sebagai bijirin.
•
Kebanyakan
serealia merupakan anggota dari suku padi-padian dan
disebut sebagai serealia sejati. Anggota yang paling dikenal dan
memiliki nilai ekonomi tinggi, sehingga dikenal sebagai serealia utama adalah padi, jagung, gandum, gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam. Beberapa tanaman penghasil bijian yang bukan
padi-padian juga sering disebut serealia semu (pseudocereals);
mencakup buckwheat, bayam biji (seed
amaranth), dan kinoa. Beberapa
serealia juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai
jenis milet. Walaupun menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau kentang tidak
digolongkan sebagai serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya.
•
Serealia
dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh dunia, melebihi semua
jenis tanaman lain dan menjadi sumber energi bagi manusia dan ternak. Di sebagian negara berkembang,
serealia seringkali merupakan satu-satunya sumber karbohidrat.
TAKSONOMI JAGUNG
Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea
mays L.
JENIS-JENIS
JAGUNG
1.
Menurut Umur
a. Berumur pendek (genjah) : 75 hari-90 hari, contoh: genjah warangan, genjah kertas,
abimanyu, dan arjuna.
b. Berumur sedang (tengahan) : 90 hari-120 hari, contoh: malin, pandu,
metro sukmaraga, hibrida BISI, hibrida pioner.
c. Berumur panjang : lebih dari 120 hari, contoh: kania
putih, bastar kuning, bima dan harapan.
2. Menurut Bentuk Bijinya
a. Dent Corn
-
Biasa disebut
dengan jagung gigi kuda (Zea mays
identata)
-
Biji-bijinya
mempunyai bentuk seperti gigi kuda, ditandai lekukannya yang khas pada bagian
atas.
-
Lekukan ini
dapat terjadi pada saat biji mengering disebabkan oleh pengerutan lapisan
tepung yang lunak pada bagian tersebut. Akibat terjadinya proses pengerutan
tersebut, biji jagung ini bentuknya menjadi seperti gigi kuda.
-
Warna bijinya
ada yang kuning, putih, dan merah.
-
Bentuk
tanamannya tegap, tongkol bijinya besar.
-
Jenis tanaman
ini kebanyakan berumur panjang sehingga kurang disukai oleh petani
b. Flint Corn
-
Jagung ini
biasanya berukuran sedang dengan bagian atas bulat, tidak berlekuk seperti
jagung jenis gigi kuda. Hal ini dikarenakan hampir seluruhnya mengandung
lapisan tepung yang keras. Oleh sebab itu jagung jenis ini biasanya disebut
jagung mutiara (Zea mays indurata)
-
Warna bijinya
ada yang kuning, putih dan merah
-
Bentuk
tanamannya tegap
-
Pada umumnya
masak lebih cepat
-
Umur tanaman
bervariasi
c. Sweet Corn
-
Biasa disebut
jagung manis (Zea mays saccharata)
-
Jagung ini
mengandung kadar gula yang cukup tinggi sehingga rasanya manis.
-
Bila dimasak
bijinya menjadi keriput (mengerut)
-
Pemeliharaannya
harus intensif karena mudah terserang hama penyakit.
-
Penanaman
berdampingan dengan jagung biasa sebaiknya diberi jarak minimal sejauh 300m
agar kualitas rasa manis tidak menurun.
d. Pop Corn
-
Jagung jenis
ini biasanya disebut jagung brondong (Zea
mays everta).
-
Bentuk
bijinya agak runcing, kecil, dan keras. Kalau dipanggang/dipanaskan bijinya
mudah meletus mekar menjadi brondong.
-
Untuk hasil
brondong yang baik kadar air biji sekitar 14%
-
Bijinya ada
yang putih dan kuning
-
Hasilnya tidak
terlalu tinggi dan tongkolnya juga cukup kecil
e. Flour Corn
-
Biasa disebut
jagung tepung (Zea mays amylacea)
-
Biji jagung
ini banyak mengandung zat pati atau tepung
-
Bijinya lunak
dan merupakan jenis jagung yang tertua
-
Di Indonesia
jarang dibudidayakan
f. Pod Corn
-
Biasa disebut
jagung bungkus (Zea mays tunicata)
-
Jagung jenis
ini mempunyai daun pembungkus kelobot ganda, bungkus yang kecil menutupi biji
sedangkan kelobot yang besar membungkus tongkol.
g. Waxy Corn
-
Biasa disebut
jagung lilin (Zea mays ceratina),
karena warnanya jernih seperti lilin.
-
Bijinya kecil
mengkilap serta mengandung zat pati terdiri atas erythrodextrine, tepung dan
substansi keras lainnya.
-
Jagung ini
dapat menggantikan tepung tapioka.
MORFOLOGI
TANAMAN JAGUNG
1.
Akar
-
Akar tanaman
jagung berkembang baik pada kondisi tanah yang subur dan gembur. Pada tanah
dengan sistem pengolahan tanah yang baik didapatkan jumlah akar yang cukup
banyak.
-
Akar
terbentuk dari perkecambahan biji, yang keluar pertama kali radicle (akar kecambah,
kemudian coleoptile (calon batang). Kurang lebih 10 hari muncul akar adventif
yang berfungsi:
a. Memperkuat berdirinya batang tanaman jagung
b. Menambah organ penghisap air dan garam-garam tanah
2.
Batang
-
Batang
tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang, padat berisi berkas-berkas
pembuluh.
-
Batang
beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah
sekitar 8-20 ruas tergantung varietasnya.
-
Jumlah nodia
(buku) berkisar 8-48
-
Tinggi jagung
bervariasi antara 1m – 3m, jagung berumur genjah sekitar 1m, jagung berumur
sedang 1,5m-2m dan jagung berumur dalam bisa lebih dari 2m
-
Diameter
batang jagung sekitar 3cm – 4cm
3.
Anakan
-
Anakan jagung
bisa terbentuk pada nodia atau buku yang terletak dibawah tanah karena terdapat
mata tunas yang dorman (istirahat).
-
Untuk
mengurangi atau menghindari tumbuhnya tunas maka dilakukan pembumbunan.
4.
Daun
-
Daun tanaman
jagung berbentukun pita dengan tulang daun sejajar.
-
Tangkai daun
merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman
jagung.
-
Lidah daun
terletak di pangkal daun berfungsi untuk mengatasi masuknya air dari atas ke
dalam batang tanaman.
-
Telinga daun
terletak di pangkal daun.
-
Helaian daun
bentuknya seperti pita yang tipis dan memanjang
-
Jumlah daun
sekitar 8-48 helai tergantung varietas
5.
Bunga
-
Bunga jantan
terletak di malai bunga ujung tanaman.
-
Bunga betina
terdapat pada tongkol jagung, dibungkus oleh kelopak-kelopak bunga sekitar
6-14helai.
-
Tangkai
kepala putik merupakan rambut yang berjumbai di ujung tongkol sehingga kepala
putiknya menggantung di luar tongkol.
-
Keistimewaan
tanaman jagung ialah jumlah ruas pada tongkol sama dengan jumlah ruas tongkol
ke atas.
-
Bunga jantan
masak terlebih dahulu daripada bunga betina, dan bunga betina hanya siap
dibuahi dalam waktu 3 hari saja.
-
Penyerbukan
tanaman jagung pada umumnya dibantu oleh angin.
6.
Biji
-
Penyerbukan
terjadi dalam waktu 12-28jam kemudian terjadi pembuahan.
-
12 hari
setelah keluar rambut tongkol berkembang penuh dan karbohidrat mulai
terakumulasi.
-
24 hari
setelah keluar rambut, biji berkembang cepat dan pembelahan sel-sel endosperm
bertambah.
-
40 hari
setelah keluar rambut, embrio masak
-
50 hari
setelah keluar rambut, biji masak dan kadar air mulai berkurang
-
Biji jagung
yang digunakan untuk benih biasanya hanya bagian tengah saja sekitar 60%,
sedangkan ujung tongkol dan pangkal tongkol dikonsumsi karena bobotnya kecil
sehingga pertumbuhan awalnya terkadang kurang baik.
-
Khusus jagung
hibrida, setelah panen bijinya tidak bisa
digunakan sebagai benih karena jagung turunan hibrida hasil panennya
akan menurun.
Fungsi Bagian-Bagian Tanaman Jagung
1.
Akar
a.
Untuk memperkokoh berdirinya tanaman
b.
Menyerap unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk proses fotosintesis
2.
Batang
a.
Tempat pembuluh xylem yang mengangkut
zat hara dari tanah dibawa ke daun dan pembuluh floem yang mengedarkan sari
makanan ke seluruh bagian tanaman.
b.
Tempat melekatnya daun, bunga, serta
buah
3.
Daun
a. Sebagai tempat terjadinya fotosintesis
b. Dapat mengatur kelebihan air dan sekaligus
menstabilkan suhu yang dibutuhkan tanaman.
4.
Bunga
Sebagain
alat perkembangbiakan secara generatif, tempat terjadinya proses pembuahan
sehingga biji dapat terbentuk
5.
Biji
a.
Tempat cadangan makanan
b.
Calon individu tanaman baru sehingga
dapat ditanam digunakan sebagai benih
c.
Sebagai bahan makanan
SYARAT
TUMBUH
JAGUNG (Zea mays L.)
JAGUNG (Zea mays L.)
Faktor dominan yang
mempengaruhi pertumbuhan jagung adalah iklim dan tanah
Faktor Iklim
1.
Suhu
ü Suhu optimum untuk
tanaman jagung sekitar 23°C-27°C,
ü Suhu yang terlalu tinggi
mengganggu proses persarian
ü Suhu yang terlalu rendah
mengakibatkan perkecambahan tertunda
ü Suhu sekitar 25°C
mengakibatkan perkecambahan biji jagung lebih cepat
ü Suhu > 40°C
menyebabkan kerusakan embrio sehingga tidak berkecambah
2. Curah Hujan
ü Air sangat dibutuhkan
oleh tanaman dan memudahkan penyerapan unsur hara oleh akar
ü Curah hujan erat
kaitannya dengan ketersediaan air
ü Curah hujan ideal untuk
tanaman jagung sekitar 250-2000mm/tahun
ü Akibat hujan yang
terlalu banyak pada:
• Masa pertumbuhan tanaman
à masa vegetatifnya lama sehingga umur panen lebih
lama
• Sebelum berbunga à banyak tumbuh anakan tidak produktif
• Saat berbunga à tongkol jagung terbuka/tidak tertutup kelobot
• Waktu pemasakan biji à banyak biji busuk menurunkan kualitas panen
ü Akibat kekurangan hujan:
• Masa pertumbuhan à sel-sel kipas kempes (mengerut), daun menggulung
ke atas, mengering dan akhirnya mati
• Saat berbungaà penyerbukan gagal dan merusak daun
• Saat pembentukan bunga
jantan sampai pemasakan biji à pembuahan yang terjadi
sedikit sehingga pengisian biji tidak sempurna dan jagung menjadi ompong
3. Sinar Matahari
ü Sinar matahari sangat
berguna untuk proses fotosintesis
ü Hasil jagung yang
ditanam ditempat terbuka akan lebih tinggi daripada di tempat terlindung
ü Intensitas cahaya yang
rendah berakibat tanaman jagung tumbuh memanjang, tongkolnya ringan dan bijinya
kurang berisi
4. Tinggi Tempat
ü Jagung dapat ditanam di
dataran rendah sampai dataran tinggi sampai sekitar 1000m
ü Keadaan ketinggian
tempat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban dan intensitas penyinaran
cahaya matahari
Faktor
Tanah
• Tanah mempunyai fungsi
utama sebagai tempat tumbuh tanaman, selain itu juga berfungsi sebagai tempat
persediaan unsur hara, menyediakan udara dan air bagi tanaman
• Tanah yang baik untuk
ditanami jagung ialah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau lempung
• Pada tanah andosol yang
kaya humus dan tanah latosol yang kaya bahan organik jagung dapat tumbuh dengan
baik asalkan pH memenuhi syarat
• Pada tanah berpasir
jagung dapat tumbuh baik jika tersedia unsur hara yang cukup
• Pada tanah berat,
misalkan tanah grumosol, jagung dapat tumbuh baik jika tata air (drainase) dan
tata udara (aerasi) diperhatikan
• Derajat kemasaman tanah
(pH) yang baik untuk jagung sekitar 5,5 - 7,0
• Tanah yang pHnya kurang
dari 5 (masam) disarankan diberikan pengapuran
• Tanah masam
mengakibatkan :
-unsur-unsur mikro (Al, Fe, Zn, Mn, Cu) banyak
terlarut sehingga meracuni
-unsur P banyak terikat unsur Al dan Fe sehingga
tidak terlarut dan tidak dapat terserap oleh akar
•
Bila tanah basa ph>7 (alkalis) unsur P terikat Ca sehingga tidak
terlarut
Pengolahan Tanah Jagung
1. Pengolahan tanah intensif
- Bila lahan berupa tanah sawah, pada waktu
pengolahan tanah tanaman jagung keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah,
tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan dan tidak lengket sampai
tanah menjadi gembur
- Pengolahan bisa dilakukan dengan cara dibajak,
dicangkul atau ditraktor
- Pada tanah berpasir atau tanah ringan lebih
mudah
- Pada tanah tegalan biasanya dibersihkan dahulu
sisa-sisa tanaman atau gulma yang dapat mengganggu penyerapan unsur hara di
dalam tanah
- Untuk tanah berat yang banyak kelebihan air perlu
dibuatkan saluran air agar pertumbuhan jagung baik. Pembuatan saluran dan
pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air yang
merugikan pertumbuhan jagung.
2. Minimum
Tillage
Berdasarkan hasil penelitian pada tanah latosol
dan andosol dapat dilakukan minimum tillage yaitu pengolahan tanah hanya
pada barisan yang akan ditanami jagung saja sedalam 15cm-20cm sampai tanah
tidak perlu pengolahan secara keseluruhan.
3. TOT (Tanpa Olah Tanah)
Penanaman jagung dapat juga dilakukan dengan
sistem TOT (Tanpa Olah Tanah) dengan terlebih dahulu dilakukan penyemprotan
herbisida, setelah gulma mengering gulma dirobohkan kemudian baru dilakukan
penanaman
Penyiapan
Benih
Benih dapat diperoleh dari
penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang sehat
pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar,
barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak
terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang
fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning.
Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan
disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan
dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji
bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak
digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika kurang
dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak
20-30 kg untuk setiap hektar.
Pemindahan
Benih
Sebelum benih ditanam,
sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila
diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat
bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama
dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.
Persyaratan
Benih
Varietas hibrida adalah kultivar yang merupakan keturunan langsung
(generasi F1) dari persilangan antara dua atau lebih populasi tanaman yang berbeda
latar belakang genetiknya sehingga didapatkan generasi yang menunjukkan
penampilan fisik yang lebih kuat dan lebih memiliki potensi hasil yang melebihi
kedua tetuanya.
Beberapa tanaman
yang mempunyai varietas hibrida: jagung, padi, kelapa sawit, kakao, tomat,
mentimun, cabai, dll.
Penggunaan benih
jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi
jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas
yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali
turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung
untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C2, Hibrida Pioneer 1,
Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Baster kuning, Kania Putih,
Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula.
Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2,
BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis
Hibrida).
Untuk mendapatkan
hasil panen yang baik maka kita harus memperhatikan mutu benih yang akan kita
tanam. Ketika akan membeli benih sebaiknya kita memperhitungkan ciri-ciri benih
berkualitas antara lain:
1. Berasal dari induk yang mempunyai sifat genetik baik.
1. Berasal dari induk yang mempunyai sifat genetik baik.
2. Tidak mengandung
penyakit.
3. Bentuk,
ukuran dan warnanya seragam. Benih yang baik selalu sama bentuknya, jika bentuk
benih itu seharusnya bulat, semuanya bulat (tidak ada yang pipih atau lonjong).
Demikian pula kalau bentuknya seharusnya pipih, maka semuanya juga harus pipih.
Ukuran dan warna juga harus seragam. Tidak ada yang lebih besar atau lebih
kecil. Tidak ada yang berwarna aneh, kalau bibit berwarna kuning semua harus
kuning, tak ada yang putih.
4.
Permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat. Tidak ada yang kotor atau
keriput. Benih
yang
keriput pertanda dipetik pada saat buah belum cukup umur.
5. Tidak tercampur dengan benih hampa dan macam-macam kotoran, seperti tanah, sisa kulit,
5. Tidak tercampur dengan benih hampa dan macam-macam kotoran, seperti tanah, sisa kulit,
biji
rumput, dan sebagainya.
6. Kadar air cukup rendah
6. Kadar air cukup rendah
7. Benih sudah mengalami masa
istirahat yang cukup, namun masih juga belum mengalami masa
simpan terlalu lama
atau belum kadaluwarsa.
8. Daya tumbuh 95%
9. Mempunyai lembaga dan cadangan makanan yang cukup untuk menumbuhkan lembaga itu
9. Mempunyai lembaga dan cadangan makanan yang cukup untuk menumbuhkan lembaga itu
menjadi tanaman muda. Untuk melihatnya, kita
bisa mengupas salah sebutir benih itu, lalu melihat lembaga dan cadangan
makanannya. Kalau lembaganya masih utuh dan besar, maka benih masih mempunyai
daya tumbuh yang besar. Demikian pula dengan cadangan makanan, harus terlihat
masih segar meskipun dalam keadaan istirahat.
Ciri benih yang baik diatas dapat kita amati, jika kita membeli
benih yang belum dikemas. Sedangkan untuk benih yang sudah dikemas dan tidak
dapat diamati secara langsung, agar tidak salah dalam memilih benih, cara
mengantisipasinya antara lain:
1.
Pilih perusahaan benih yang
dapat dipercaya
2.
Lihat label dan tanggal
kadaluwarsa benih
3.
Beli benih dalam jumlah sedikit
terlebih dahulu kemudian lakukan pengujian sederhana, setelah hasilnya baik
baru membeli dalam jumlah besar
Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola
Tanaman
Pola tanam memiliki
arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti
memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah,
tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di
daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan
memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya
tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Beberapa pola
tanam tanaman jagung yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:
a) Tumpang sari
(Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang
sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b) Tumpang gilir
(Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh:
jagung muda, padi gogo, kacang tanah, ubi kayu.
c) Tanaman Bersisipan
(Relay Cropping): pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis
tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang
berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen
disisipkan kacang panjang.
d) Tanaman Campuran
(Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman dan tumbuh tanpa
diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu Lahan efisien,
tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran
seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
2) Pembuatan Lubang
Tanam
Lubang tanam dibuat
dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak
terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap
lubang hanya diisi 1 butir benih.
Jarak tanam jagung
disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin
tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas.
3) Jarak tanam
·
Jagung berumur
dalam/panjang dengan waktu panen ≥ 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya
dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang).
·
Jagung berumur sedang
(panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
·
Jagung berumur pendek (panen < 80 hari),
jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang).
·
Jagung hibrida dapat
menggunakan jarak tanam 25x75cm setiap lubang ditanam satu tanaman, jarak tanam
75 x 40 cm setiap lubang ditanam dua tanaman atau disesuaikan dengan petunjuk
tanam yang ada di kemasan benih.
·
Dapat juga digunakan
jarak tanam jajar legowo, yaitu cara tanam dengan bentuk pertanaman yang
memberi ruang (barisan yang tidak ditanami). Contoh jajar legowo 2 berarti jarak tanam dalam barisan 30cm, antar barisan
40cm antar 2 barisan 75cm dengan 2 tanaman per lubang. Sedangkan jajar legowo 3
berarti jarak tanam dalam barisan 25cm,
antar barisan 40cm antar 3 barisan 100cm dengan 1 tanaman per lubang.
4) Penanaman
Tanaman jagung tidak
dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada
waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini
dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman
jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak
tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2
hari lagi hujan akan turun.
Pembuatan lubang tanaman
dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang
memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang).
Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila
dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang,
bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih
per lubang.
Rumus menghitung
kebutuhan benih:
M = (L/d1xd2 x 100/pt) x bsb
1000
keterangan:
M = kebutuhan benih
L = luas lahan yang akan ditanami
d1 = jarak antar barisan
d2 = jarak antar tanaman dalam barisan
pt = prosentase tumbuh
jpb = jumlah benih perlubang
bsb = berat 1000 butir
Pemeliharaan
Tanaman Jagung
1) Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan
jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1
lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka
tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,
dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah.
Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai
akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari
sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama
dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis
yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk
membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2
minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan
tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan
ini tidak mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum
cukup kuat mencengkeram tanah.Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
3) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan
dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga
tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan
di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun
di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
Untuk efisiensi tenaga biasanya pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu
setelah tanaman berumur 1 bulan.
4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap
hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak
75-100 kg, dan pupuk KCl sebanyak 50-100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam
tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan
waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk
susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau
setelah malai keluar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan
penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya
diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun
menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu
dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya
diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan proses
produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang dipakai
untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan
kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan
ini akan lebih efisien.
HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
a) Lalat bibit (Atherigona exigua
Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas
gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman
menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung
kuning kehijauan dan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih
mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian:
(1) penanaman serentak dan penerapan
pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit,
terutama setelah selesai panen jagung;
(2) tanaman yang terserang lalat
bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar;
(3) kebersihan di sekitar areal
penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman
inang yang sekaligus sebagai gulma;
(4) pengendalian secara
kimiawiinsektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion
40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis
penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
b) Ulat pemotong
Gejala: tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm
diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada
batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah.
Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera
litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek
buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian:
(1) bertanam secara serentak pada
areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman;
(2) dengan mencari dan membunuh
ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah;
(3) sebelum lahan ditanami jagung,
disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
2. Penyakit
a) Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica
serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara
27 derajat C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala:
(1) pada tanaman berumur 2-3 minggu,
daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning,
sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
(2) pada tanaman berumur 3-5
minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun
berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun,
tongkol berubah bentuk dan isi;
(3) pada tanamandewasa, terdapat
garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian:
(1) penanaman dilakukan
menjelang atau awal musim penghujan;
(2) pola tanam dan pola
pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul;
(3) dilakukan pencabutan tanaman
yang terserang, kemudian dimusnahkan.
b) Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan
dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga
ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi
coklat kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian:
(1) pergiliran tanaman hendaknya
selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan;
(2) mekanis dengan mengatur kelembaban
lahan agar kondisi lahan tidak lembab;
(3) kimiawi dengan pestisida antara
lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.
c) Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora
Underw.
Gejala: pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat
titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat
serbuk yangberwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang
dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam
bentuk.
Pengendalian:
(1) mengatur kelembaban pada areal
tanam;
(2) menanam varietas unggul atau
varietas yang tahan terhadap penyakit;
(3) melakukan sanitasi pada areal
pertanaman jagung;
(4) kimiawi menggunakan pestisida
seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
d) Penyakit gosong bengkak (Corn
smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw)
Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Gejala: pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji
sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan
ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar
dari pembungkus dan spora tersebar.
Pengendalian:
(1) mengatur kelembaban areal
pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi;
(2) memotong bagian tanaman kemudian
dibakar;
(3) benih yang akan ditanam dicampur
dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
e) Penyakit busuk tongkol dan busuk
biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella
zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji
jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi
warna coklat sawo matang.
Pengendalian:
(1) menanam jagung varietas unggul,
dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih;
(2) penyemprotan dengan fungisida
setelah ditemukan gejala serangan.
TAKSASI
Taksasi hasil tanaman
pertanian biasa diakukan oleh petani untuk memperkirakan jumlah produksi yang
akan diperoleh. Sesungguhnya kegiatan ini mempunyai kepentingan tertentu,
khususnya berkaitan dengan persiapan bila kegiatan panen tanaman diakukan.
Berapa tenaga kerja yang perlu dipersiapkan, dan berapa lama waktu panen dengan
sejumlah produksi yang telah diperkirakan sebelumnya. Terdapat dua metode
taksasi hasil produksi tanaman yang biasa
diakukan oleh
petani/pengelola usaha pertanian, yang secara prinsip adalah sama, yaitu dengan
cara mengambil sampel dari sebagian tanaman.
Metode Berdasarkan
Ubinan
Metode ubinan
adalah cara memperkirakan berapa hasil panen nanti untuk tanaman yang bersifat
atau tergolong berumpun. Kegiatan ini dilakukan agar dalam menghadapi pelaksanaan
panen dan pasca panen tidak mengalami permasalahan, seperti kelengkapan
peralatan panen, rencana pengangkutan hasil panen, penanganan lepas panen dan
kemana serta berapa banyak hasil produksi akan dipasarkan.
Metode ini
biasa dilakukan oleh petani tanaman pangan (padi). Sesungguhnya yang perlu
diperhatikan adalah mengapa untuk mentaksasi hasil tanaman padi dilakukan
dengan metode berdasarkan ubinan. Kalau diperhatikan bahwa tanaman padi adalah
tanaman rumpun dengan jarak yang tidak mudah dipisahkan antara tanaman satu
dengan lainnya. Oleh karenanya untuk tanaman yang memiliki sifat rumpun seperti
halnya tanaman padi dapat dilakukan taksasi
hasil berdasarkan
ubinan. Misalkan tanaman jagung, ubi jalar, tomat sayur dsb. Sekalipun demikian
juga dapat pula diterapkan terhadap tanaman yang tidak berumpun.
Permasalahannya adalah akan sangat sulit bila tanaman tersebut memiliki jarak
tanam yang cukup besar.
Oleh karena itu billa
tanaman tidak berumpun namun jarak tanamnya relatif pendek/sempit bisa juga
dilakukan taksasi hasil produksi dengan metode berdasarkan ubinan. Misalkan
tanaman cabe, terong, tomat buah dll.
Adapun langkah cara
melakukan taksasi berdasarkan ubinan adalah sebagai berikut:
- Pastikan luas areal
yang akan dipanen.
- Tentukan luas dan
jumlah ubinan yang akan dipakai sebagai sample. Luas ubin umumnya cukup
ditetapkan ukuran 2 X 2 meter (4 m2).
- Jumlah ubinan bisa
diambil lebih dari satu ubin dengan tempat yang berbeda. Hal ini tergantung
dari apakah tanaman tersebut homogen ataukah heterogen. Bila homogen cukup
ditentukan satu
ubin saja. Bila
heterogen (tanaman tidak merata) bisa diambil lebih dari satu ubin dengan
tempat yang tersebar acak. Misalnya dibagian tepi 2 ubin, ditengah 1 ubin.
Jumlah ubin tersebut bias
diperbanyak tergantung
dari luasan areal tanaman.
- Panen sejumlah
sampel yang berupa ubian tersebut dan timbang berat produksinya untuk setiap
sampel/ubin.
Rumus perhitungan:
Th = (La : Lu) x Hu
Keterangan:
Th = Taksasi hasil
La = Luas areal
tanaman
Lu = Luas ubin
Hu = Hasil ubinan
Metode Berdasarkan
Populasi
Metode taksasi
berdasarkan populasi adalah cara memperkirakan berapa hasil panen nanti untuk
tanaman yang bersifat atau tergolong pepohonan. Kegiatan ini dilakukan agar
dalam menghadapi pelaksanaan panen dan pasca panen tidak mengalami
permasalahan, seperti kelengkapan peralatan panen, rencana pengangkutan hasil
panen, penanganan lepas panen dan kemana serta berapa banyak hasil produksi
akan dipasarkan.
Merencanakan Taksasi
berdasarkan populasi biasa dilakukan untuk tanaman yang memiliki jarak tanam
lebar sehingga antar tanaman dapat dipisahkan. Dengan terpisahnya antar setiap
tanaman, maka dapat dengan mudah dalam pengambilan sampel berdasarkan populasi.
Tanaman yang biasa dilakukan taksasi hasil adalah tanaman tahunan seperti karet,
kopi, buah-buahan dan lain-lain. Namun tidak menutup kemungkinan untuk tanaman
semusim dilakukan taksasi berdasarkan populasi, seperti tanaman cabe, tomat dan
lain sebagainya.
Adapun langkah cara
melakukan taksasi berdasarkan populasi adalah
sebagai berikut:
- Pastikan luas areal
tanaman yang akan dipanen.
- Pastikan jarak tanam
tanaman.
- Perkirakan
prosentase tumbuh tanaman.
- Tetapkan sejumlah
tanaman yang akan dipakai sampel.
Jumlah sampel ini
tergantung keadaan homoginitas kesehatan tanaman dan banyaknya populasi
tanaman. Semakin banyak populasi tanaman dan atau kurangnya tingkat homoginitas
kesehatan tanaman maka sebaiknya sampel yang ditetapkan lebih banyak dan
tersebar tempat tumbuhnya.
- Panen tanaman yang
sudah ditetapkan sebagai sampel dan timbang hasil produksinya untuk setiap
sampelnya.
- Rumus Perhitungan:
Th
= La x Hs x Pt
Jt
Keterangan:
Th = Taksasi hasil
La = Luas areal
tanaman
Hs = Rata-rata hasil
sampel tanaman
Pt = Prosentase tumbuh
tanaman
Jt = Jarak tanam
PANEN JAGUNG
Hasil panen jagung
tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari
tujuan panen.
Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung juga dapat dibedakan
dalam 4 tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua dan masak kering/masak
mati.
1. Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang
siap dipanen adalah:
a) Umur panen
adalah 86-96 hari setelah tanam.
b) Jagung siap
dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya
lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c) Biji kering,
keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur
(jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu
diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar,
dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan
bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih.
Jagung untuk
makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai
keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya:
sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan
akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada
tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.
d) Untuk panen
masak tua kadar air biji sekitar 25%-30%
2. Cara Panen
Panen sebaiknya
dilakukan pada hari yang cerah.
Panen kurang tua
menyebabkan butir keriput, sedangkan panen terlalu tua menyebabkan butir rusak
meningkat akibat serangan cendawan atau hama waktu masih dipertanaman.
Panen jagung yang
matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau
dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan
rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Panen dapat juga
dilakukan tanpa kelobot untuk efisiensi tempat penampungan jagung.
Jagung yang sehat
dipisahkan dari jagung yang terinfeksi dilapangan untuk mencegah terjadinya
penyebaran hama dan penyakit.
Untuk memudahkan
pengangkutan dan mengurangi kehilangan hasil panen sebaiknya dimasukan dalam
wadah.
Setelah sampai
tempat penampungan segera dihamparkan di lantai bersih dan kering.
3. Periode Panen
Pemetikan jagung
pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan
kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah,
terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik
15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga.
Pemetikan jagung
untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak,
tetapi dapat dilakukan 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil
waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
PASCAPANEN
Setelah jagung
dipetik biasanya dilakukan proses lanjutan yang merupakan serangkaian pekerjaan
yang berkaitan dan akhirnya produk siap disimpan atau dipasarkan.
1. Pengupasan
Jagung dikupas
pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan
ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan
dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau
mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan
pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan
makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.
2. Pengeringan
Tujuan pengeringan
adalah untuk menurunkan kadar air agar memudahkan pemipilan dan meningkatkan
daya simpan biji jagung. Pengeringan dilakukan dengan cara:
Pengeringan dengan
sinar matahari
Alas penjemur yang
digunakan dapat berupa anyaman bambu/tikar, plastik, lantai jemur atau alat
lainnya.
Jagung yang
dikeringkan bisa berupa tongkol berkelobot yang diikat , tongkol kupas dan
jagung pipilan.
Pengeringan
tongkol dilakukan sampai kadar biji mencapai sekitar 18% sehingga mudah dipipil
tanpa menimbulkan kerusakan.
Jagung pipilan
dikeringkan sampai kadar air mencapai 11%-14% (kering simpan)
Pada proses
pengeringan tongkol sampai kadar air sekitar 18% tongkol jangan dimasukkan
dalam karung untuk waktu yang lama sebab respirasi jagung masih tinggi dan
berakibat meningkatkan suhu dan kelembaban, yang dapat mengakibatkan
pertumbuhan cendawan sehinggga akhirnya jagung mengalami kerusakan.
Pengeringan dengan
sinar matahari adalah paling baik karena disamping murah, penurunan kadar air
secara berangsur-angsur untuk menurunkan kualitas biji, danwarna tetap
mengilap.
Pengeringan dengan
alat pengering mekanis
Omprongan
Pengeringan dengan
aerasi
Pengeringan dengan
alat pengeringan mekanis kontinu
3. Pemipilan
Setelah dijemur
sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat
pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung
hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari
tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol
perlu dipisahkan.
4. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah jagung
terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa
saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang
perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji
pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan.
Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur
dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki
peredaran udara.
Untuk pemisahan
biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin
penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran butirnya. Maka
pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin.
Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran.
Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan
mendapatkan hasil yang baik.
5. Penyimpanan
Penyimpanan jagung
dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot dan dalam bentuk jagung
pipilan.
Jagung pipilan
dapat disimpan dalam karung goni, karung plastik, bakul besar dari bambu, kotak
kayu, atau karung goni yang dilapisi plastik.
Kadar air jagung
waktu disimpan harus minimal 14% untuk menghindari tumbuhnya jamur.
Karung-karung
sebelum digunakan perlu dibersihkan, dan lebih baik jika dilapisi plastik.
Tumpukan jagung
dalam karung di gudang harus diletakkan diatas balok kayu untuk mencegah kontak
langsung antara karung dan lantai sehingga jagung tidak lembab dan sirkulasi
udara terjamin.
Penyimpanan jagung
untuk benih sebaiknya dalam kantong plastik yang kemudian dimasukkan dalam
kaleng yang tertutup rapat.
Penyimpanan jagung
dalam bentuk tongkol berkelobot dianjurkan hanya untuk jagung yang
berkelobotnya menutup seluruh tongkol dan disimpan di atas para-para yang
ditempatkan di bawah atap rumah atau di atas dapur.
6. Hama Gudang
Jenis-jenis hama
gudang yang dapat menimbulkan kerugian diantaranya: bubuk beras, bubuk gabah,
bubuk tepung, ngengat gabah dan ngengat tepung.
Pencegahan hama
-
Pengasapan untuk jagung berkelobot secara periodik
-
Penyemprotan pada alas jemur, karung bekas tempat penyimpanan sebelum
jagung dimasukkan dengan insektisida silosan 25 Ecdosis 100ml dalam 15 liter
air untuk luas permukaan 100 m2
-
Sanitasi tempat penyimpanan
dari sisa-sisa jagung lama dan kotoran lainnya.
-
Penumpukan karung yang teratur,
diatas balok kayu.